RENUNGAN USAI MENUNAIKAN HAJI [1]
Oleh
Syaikh Shalah Budair
Ibadah kepada Allah adalah simbol ketundukan, bukti keimanan dan
tanda ketaatan. Secara zhahir, ibadah merupakan kemuliaan dan kebanggaan
hati. Penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla mengantarkan pada
kedudukan derajat tertinggi, dan merupakan tujuan paling agung.
Beberapa hari yang lalu, jama’ah haji telah menyelesaikan salah satu
ibadah di antara ibadah-ibadah yang besar. Mereka meninggalkan pakaian
yang berjahit saat ihrâm karena Allah. Air mata taubat membasahi pipi
saat berada di padang Arafah. Semua suara dengan berbagai bahasa sontak
menyuarakan dan mengakui ketergantungan mereka kepada Allah Azza wa
Jalla. Semua manusia bergerak menuju Muzdalifah untuk bermalam,
selanjutnya berangkat melempar jumrah dan thawaf di sekitar Ka’bah yang
dimuliakan, lalu sa’i antara bukit Shafa dan Marwa.
Semua dilakukan dalam sebuah perjalanan yang sangat indah. Setelah
itu, mereka kembali dengan hati berbunga karena senang dengan karunia
Allah Azza wa Jalla yang dianugerahkan kepadanya. Allah berfirman :
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya; hendaklah dengan
itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari
apa yang mereka kumpulkan”. [Yûnus/10:58].
Sebuah karunia yang lebih baik daripada dunia beserta isinya. Dunia
beserta isinya hanya bersifat sementara, ia akan pergi dan sirna;
keindahan yang hanya sedikit dan mudah sirna. Kami ucapkan selamat
kepada para jama’ah haji karena haji mereka, dan kepada ahli ibadah
karena ibadah dan kesungguh-sungguhan mereka.
Kami ucapkan selamat dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِذَا تَقَرَّبَ الْعَبْدُ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ
ذِرَاعًا وَإِذَا تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا
وَإِذَا أَتَانِي مَشْيًا أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku satu jengkal, maka Aku
mendekat kepadanya satu hasta. Jika dia mendekat kepada-Ku satu hasta,
Aku mendekat kepadanya sejauh dua rentangan tangan. Jika dia
mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku mendatangi dia dengan berlari
kecil”. [HR Imam al-Bukhâri]
Pujilah Allah dan bersyukurlah kepada Allah Azza wa Jalla atas nikmat
yang diberikan kepada kalian, niscaya kebaikan dan anugerah-Nya kepada
kalian tidak akan terputus, serta karunia-Nya akan sempurna. Allah
berfirman :
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. [an-Nahl/16:53].
TANDA-TANDA HAJI MABRUR
Kalian datang dari tempat-tempat yang jauh. Kini kalian telah
menyelesaikan ibadah haji, setelah wukuf dan setelah kalian melaksanakan
ibadah lainnya. Kini kalian bersiap-siap untuk kembali ke negeri
masing-masing. Maka janganlah kalian kembali mengotori diri dengan
kembali kepada hal-hal yang diharamkan dan yang tercela. Allah berfirman
:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan
benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali”.
[an-Nahl/16:92].
Seorang wanita dungu, tidak berakal, setelah berusaha siang malam
menyulam pakaiannya, dan ketika sudah jadi, dia kemudian mengurainya
lagi dan melepaskan ikatan-ikatannya. Dia tidak mendapatkan hasil apapun
dari pekerjaan itu kecuali rasa capai dan letih. Janganlah kalian
seperti orang yang disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya
di atas! Janganlah kalian menghancurkan yang sudah kalian bangun! Jangan
mencerai-beraikan yang sudah kalian rangkai menjadi satu. Kalian telah membuka lembaran baru dalam kehidupan kalian serta
mengenakan pakaian baru nan suci setelah menunaikan ibadah haji, maka
jangan sekali-kali kalian kembali melakukan perbuatan-perbuatan yang
mengandung kenistaan. Janganlah kalian meniti kembali jalan-jalan
keburukan serta perbuatan keji lainnya. Alangkah indahnya, jika
perbuatan baik diiringi lagi dengan perbuatan baik. Dan alangkah
buruknya, jika perbuatan baik diiringi dengan perbuatan buruk.
Haji mabrur dan haji yang diterima itu memiliki tanda-tanda. Hasan
al-Basri rahimahullah pernah ditanya: “Apa yang dimaksud haji mabrur?”
Beliau rahimahullah menjawab: “Engkau kembali (setelah berhaji) dalam
keadaan zuhud dengan kehidupan dunia dan senang dengan kehidupan
akhirat”.
Maka, hendaklah ibadah haji yang sudah Anda tunaikan menjadi
penghalang Anda dari tempat-tempat yang membinasakan dan
menggelincirkan. Hendaklah haji Anda menjadi motivator untuk menambah
bekal kebaikan dan melakukan amal shalih. Ketahuilah, seorang mukmin itu
tidak memiliki batas akhir melakukan amal shalih kecuali ajal datang
menjemput.
Alangkah indahnya, jika para jama’ah haji kembali ke tengah keluarga
dan negara mereka dengan penampilan akhlak yang lebih bagus, pikiran
yang lebih mantap, lebih berwibawa, dan berbagai perilaku yang
mengundang ridha Allah Azza wa Jalla.
Alangkah indahnya, jika para jama’ah haji setelah kembali memiliki
perilaku yang baik dalam pergaulan sehari-hari dengan teman sejawat,
dalam pergaulan bersama anak-anaknya, berhati baik serta menempuh manhaj
yang benar, adil. Yang tersimpan dalam hatinya lebih baik dari yang
nampak.
Sungguh, jika ada orang yang memiliki sifat-sifat tersebut setelah
menunaikan ibadah haji, maka dialah orang yang benar-benar bisa
mengambil manfaat dari ibadah haji, bisa memetik hikmah-hikmahnya serta
pelajaran-pelajaran yang terkandung di dalamnya.
Apa yang dilakukan oleh orang yang sedang berhaji, sejak ihram sampai
selesai, semuanya memperkenalkan dirinya kepada Allah Azza wa Jalla,
mengingatkannya akan hak-hak Allah Azza wa Jalla serta
kekhususan-kekhususan yang dimiliki Allah Azza wa Jalla ; bahwa Dia-lah
Allah, tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Dia. Semuanya
mengingatkan, bahwa Dia-lah yang Esa, tempat jiwa berpasrah diri dan
wajah ditengadahkan. Hanya Dia-lah tempat bergantung dalam memohon semua
kebutuhan, dan tempat berlindung dari segala yang tidak diinginkan; dan
hanya Dia-lah tempat memohon ketika dilanda musibah.
Lalu setelah itu, bagaimana mungkin dengan mudahnya seorang yang
sudah berhaji memalingkan salah satu di antara hak-hak Allah ini kepada
selain Allah Azza wa Jalla, seperti doa, istighatsah, isti’anah,
menyembelih dan lain sebagainya? Lalu, haji apakah yang didapatkan oleh
orang yang melakukan kesyirikan secara nyata atau perbuatan buruk
setelah menunaikan ibadah haji?
Haji apakah yang didapatkan oleh orang, yang sekembalinya dari
berhaji dia mendatangi tukang sulap, penyihir, mempercayai ahli nujum,
tabarruk (ngalap berkah) dengan perantara pepohonan, batu dan mengenakan
ajimat?
Haji apakah yang didapatkan oleh orang, yang sekembalinya dari
berhaji dia melalaikan shalat, malas mengeluarkan zakat, memakan harta
riba dan suap, mengkonsumsi narkoba dan khamr, memutuskan silaturahmi
dan tenggelam dalam kubangan dosa?
PELAJARAN YANG DIPEROLEH DARI MENJAUHI PANTANGAN-PANTANGAN IHRAM SELAMA BERHAJI.
Ketahuilah, di antara pantangan atau larangan-larangan itu ada yang berlaku selamanya. Maka, janganlah kalian melakukannya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا
“Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya”. [al-Baqarah/2:229].
Orang yang berihram untuk memenuhi panggilan Allah Azza wa Jalla,
bagaimana mungkin setelah itu dia memenuhi ajakan atau seruan yang
bertentangan dengan din (agama) Allah Azza wa Jalla.
Orang yang mengucapkan talbiyah dalam ibadah haji, bagaimana mungkin
setelah itu dia tidak berhukum dengan syariat Allah Azza wa Jalla, atau
tunduk kepada selain hukum-Nya, atau rela dengan selain risalah Allah?
Orang yang memenuhi panggilan Allah dalam ibadah haji, semestinya
juga memenuhi panggilan-Nya setiap waktu dan di setiap tempat dengan
cara menaati perintah-Nya, tidak ragu dan bimbang, tidak bisa
dihalang-halangi. Dia hanya mendengar dan taat kepada Allah serta tunduk
kepada-Nya.
Istiqamahlah! Tetaplah beramal, karena engkau tidak sedang berada di
negeri abadi! Hindari riya’! Terkadang perbuatan yang terlihat sepele
bisa bernilai besar karena niatnya, dan terkadang perbuatan yang nampak
besar bisa bernilai kecil karena niatnya. Sebagian ulama salaf berkata:
“Barang siapa yang amalnya ingin disempurnakan, maka hendaklah ia
perbaiki niatnya”. Jadilah orang yang senantiasa khawatir amalnya tidak
diterima.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata: Aku bertanya
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ayat
–al-Mukminûn/23 ayat 60-
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ
(Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut),
أَهُمْ الَّذِينَ يَشْرَبُونَ الْخَمْرَ وَيَسْرِقُونَ قَالَ لَا يَا
بِنْتَ الصِّدِّيقِ وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ
وَيَتَصَدَّقُونَ وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ
(Aisyah bertanya:) “Apakah mereka ini orang-orang yang minum khamr dan mencuri?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bukan, wahai
putri ash-Shiddiq, akan tetapi mereka ini ialah orang-orang yang
berpuasa, shalat, bershadaqah dan mereka khawatir amalannya tidak
diterima Allah Azza wa Jalla”.
أُولَٰئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ
(Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan) -al Mukminûn/23 ayat 61″. [HR Imam at-Tirmidzi].
ALLAH HANYA MENERIMA AMALAN DARI ORANG-ORANG YANG BERTAQWA
Bertakwalah kepada Allah Azza wa Jalla setiap saat. Ingatlah firman Allah Azza wa Jalla dalam kitab-Nya:
قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa”. [al-Mâidah/5:27].
Bertakwalah kepada Allah Azza wa Jalla, karena takwa merupakan bekal
terbaik, dan memberi pengaruh terbaik di akhirat kelak. Hendaklah kita
menyadari, bahwa dunia ini sabagai tempat berlomba. Barang siapa yang
cepat, dia dapat, yang terlambat maka ia akan rugi. Semoga Allah Azza wa
Jalla memberikan rahmat kepada orang yang senantiasa memperhatikan lalu
berfikir, setelah itu dia mengambil pelajaran. Allah berfirman :
إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. [Hûd/11:49].
PELAJARAN YANG DIPEOLEH SAAT BERMUKIM DI MADINAH
Hendaklah kalian selalu ingat, bahwa kalian sudah menapakkan kaki di
negeri yang diberkahi Allah Azza wa Jalla. Sebuah wilayah yang pernah
diinjak oleh dua tumit yang paling mulia. Sebuah negeri yang pernah
didiami oleh sayyid (tuan) jin dan manusia, yaitu Nabi kita Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka hendaklah kalian senantiasa
mengingat Allah Azza wa Jalla dalam mempelajari sunnahnya Shallallahu
‘alaihi wa sallam, mengetahui sirah beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lalu berjalan di atas jalan beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, mengikuti petunjuk serta manhaj beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ini hanya akan terwujud dengan tetap memohon pertolongan kepada
Allah, ilah yang berhak diibadahi. Allah Azza wa Jalla berfiman.
وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka
sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus” [Ali
Imran/3 : 101]
PENUTUP
Hendaklah haji yang kalian tunaikan menjadi awal untuk memulai kehidupan
yang lebih baik, dan hendaklah menjadi bukti kejujuran hati. Semoga
Allah menerima ibadah haji dan sa’i kalian. Semoga Allah Azza wa Jalla
mengembalikan hari-hari yang penuh barakah ini kepada kita semua pada
tahun-tahun dan masa-masa yang akan datang, dan kaum kaum muslimin juga
dalam keadaan berjaya.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XI/1428H/2008M.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Diringkas dari Khutbah Jum’at Syaikh Shalâh Budair di Masjid Nabawi, pada 15 Dzulhijjah 1424 H.
0 komentar:
Posting Komentar